Nyoto Dirjosuwarno (49) korban letusan gunung Merapi yang ditahan oleh Polda DIY selama 14 hari dengan sangkaan penjarahan kedai kosong usai kerja bakti, mengalami keunikan.
Warga Singlar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman itu semula sudah yakin akan menemukan hikmah di balik tahanan itu karena memang ia bersama 7 temannya yang ditahan polisi, merasa tak bersalah saat mengambil minuman usai kerja bakti pembakaran bangkai sapi di Merapi, 18 November silam.
Warga Singlar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman itu semula sudah yakin akan menemukan hikmah di balik tahanan itu karena memang ia bersama 7 temannya yang ditahan polisi, merasa tak bersalah saat mengambil minuman usai kerja bakti pembakaran bangkai sapi di Merapi, 18 November silam.
Apalagi Mariadi si pemilik toko warga Glagaharjo sudah mengikhlaskan minuman atau makanan sisa di kedainya itu dimanfaatkan oleh orang-orang yang kerja bakti tersebut. Mereka merasa terjebak oleh wartawan televisi ketika disuruh mengulangi lagi bagaimana cara membuka kedai dan mengambil minuman serta makanan ringan, yang kemudian disyuting dan ditayangkan. Dari situ polisi akhirnya menangkap orang-orang yang muncul di "penjarahan" itu kemudian ditahan.
Nyoto bersama teman-temannya yang disangka menjarah beberapa minuman ringan dan kue yang ada di toko milik Maridi berupa Fanta satu botol, Sprite satu, Extra Joss 2 sachet, Ale-ale 2 kemasan gelas plastik, wafer lima bungkus, Taro tiga bungkus, dan slondok (makanan dari tapioka) satu bungkus itu ditahan selama 14 hari dan dilepas atau ditangguhkan penahannnya sejak 6 Desember 2010.
Selama di tahanan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Nyoto mengaku sering melihat hantu cantik seliweran. Bahkan hantu cantik tersebut sering mencoleknya saat tidur di sel tahanan.
"Saya melihat sosok seorang perempuan berwajah cantik berada dalam sel. Saya yakin sosok itu bukan orang" kata Nyoto kepada tribunnews.com (7/12).
Ketika ia terbaring setengah sadar, tubuhnya berulang kali dicolek. Semula Nyoto mengira kawannya sesama tahanan yang juga tetangganya itu mengajak bergurau. Tapi setelah berulangkali ditanyai, ternyata tak ada satu pun tahanan yang mengganggunya. Para teman tahanannya memaklumi dan tidak mengganggu Nyoto karena menyangka ia melakoni hidup selama di tahanan dengan mendekatkan diri pada Tuhan.
"Saya jadi punya waktu lebih banyak untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Saya yakin ini pasti ada hikmahnya," ujar penambang pasir di lereng Merapi itu.
Godaan dan colak colek dari hantu wanita cantik itu makin sering saat malam hari-hari menjelang kebebasannya tanggal 6 Desember 2010. Nyoto pun menganggap hantu wanita itu turut simpati pada penderitaan dan nasib yang dialaminya. Ia merasa ditemani dan dihibur selama di sel tahanan.
Diketahui, Nyoto bersama 7 temannya sebelumnya ditangkap 18 November setelah tayangan di televisi swasta yang menunjukkan aksi penjarahan di kedai tanpa penunggu pemilik. Padahal mereka mengaku bukan menjarah, tapi setelah melakukan kerja bakti bersama beberapa elemen membakar bangkai sapi yang mati terkena erupsi Merapi. Saat mereka kecapekan dan haus kemudian membuka kedai milik Maridi, mengambil makanan dan minuman ringan secara bersama-sama.
Aksi itu semula dianggap biasa dan yakin Maridi pun mengikhlaskannya karena untuk kepentingan sosial masyarakat. Namun demikian, setelah pemberitaan yang dianggap "berbeda dengan fakta" mereka ditangkap oleh Polda DIY dan ditahan selama 14 hari. Maridi pun sudah mengikhlaskan serta tidak akan menuntut orang-orang yang telah mengambil minuman di kedainya.
Namun demikian, kasus ini telah diambil BAP nya dan polisi telah menyerahkan berkasnya ke Kejaksaan Tinggi DIY. Nyoto bersama temannya berharap BAP itu akan P19 atau tak lengkap agar kasusnya tak berlanjut. (*)
enak bgt tuh ,di penjara di temani hantu cantik, wahh gak terbayang
BalasHapus